Sebagai negara yang kaya akan ragam budaya, warisan lokal Indonesia tidak hanya untuk dinikmati sebatas hiburan, pajangan atau busana saja. Banyak esensi penting yang terkandung dalam kisah budaya Nusantara yang bahkan bisa diterapkan ke perspektif bisnis. Salah satunya adalah kain tradisional tenun dan filosofi di baliknya. Ini kisah kewirausahaan sosial Du Anyam dalam mengemas elemen Tenun menjadi suvenir kantor penuh makna!
Mengenal Kain Tenun Nusantara
Mulai dari kain ulos khas Suku Batak Sumatera Utara hingga Tenun Ikat Flores, setiap ragam kain tenun memiliki identitas dan tradisi yang berbeda-beda sesuai daerah asalnya.Â
Cara membuat kain tenun tergantung pada jenis kain masing-masing. Namun pada umumnya, proses panjang pembuatan kain tenun meliputi persiapan bahan termasuk benang, kain, dan alat tenun, lalu dilanjutkan pada aktivitas penenunan, pewarnaan, pengeringan hingga finishing.
Dipercaya telah hadir sejak 5000 tahun SM, proses tenun terus berjalan tak ubahnya perputaran roda atau operasional usaha pada umumnya. Dari tangan para wanita penenun hingga kain yang siap digunakan, kisah kain tenun terus berlanjut meski kini semakin tergerus eksistensinya.Â
Kemendikbud Ritek memperjuangkan kain tenun agar diakui sebagai Warisan Budaya di UNESCO, sehingga kain khas Indonesia ini bisa bertahan hingga anak cucu di generasi selanjutnya. Seperti tenun yang tak lelah melawan zaman, perusahaan juga bisa belajar dan memetik poin penting dari secarik kain Nusantara ini.
5 Poin Pembelajaran Bisnis Dari Filosofi Tenun
- Persiapan adalah segalanya
Tidak hanya di proses menenun saja, persiapan panjang menenun menentukan hasil output para mama penenun. Sebut saja pada ikat khas Flores, tahap persiapan dimulai dari menguraikan benang yang lalu diikat sesuai motif yang diinginkan. Setelah diikat, benang akan diwarnai dengan cara dicelup.Â
Dibutuhkan waktu sekitar 2-3 hari agar benang benar-benar kering dan siap digunakan. Dan setelahnya benang kering yang sudah berwarna ini, kembali harus diuraikan dan dikelompokkan agar dapat ditenun. Total waktu persiapan proses menenun tergantung pada setiap mama, tetapi tidak heran jika memakan waktu lebih dari seminggu.Â
Saat berbisnis, tahap planning sering jadi fondasi yang tidak boleh dilakukan dengan gegabah. Hal-hal seperti identifikasi risiko, arah bisnis yang jelas, pendanaan, hingga pengelolaan sumber daya alam jadi hal yang sudah harus direncanakan dengan seksama.
- Ketekunan jadi modal penting
Menenun adalah sebuah proses yang sistemnya masih manual. Tidak seperti produksi massal dengan mesin industri, para mama atau wanita penganyam butuh waktu dan konsentrasi tinggi saat menghadapi uraian benang dan juga mesin tenun tradisional. Dan karena konsepnya juga handmade, bisa dipastikan produksi pengerjaan tangan sangat menyita waktu. Tidak jarang, para mama butuh waktu hingga 1 tahun bahkan lebih untuk menghasilkan kain tenun.Â
Dalam menjalankan bisnis, ketekunan dibutuhkan untuk mencapai tujuan, menghadapi tantangan hingga bertahan dan unggul di tengah badai kompetisi era bebas. Tidak sulit mencari pengusaha sukses yang mengandalkan modal tekun, sebut saja Bob Sadino hingga Anthony Salim yang pastinya gigih memperjuangkan usaha.Â
- Mengasah ketrampilan kunci keberhasilan
Apa yang membedakan antara seorang mama penenun profesional dengan pemula? Pastinya, jam terbang. Semakin mahir dan lama menekuni dunia menenun, maka semakin kaya dan kompleks desain yang bisa dihasilkan. Kerapihan hasil tenun juga merupakan buah dari dedikasi yang dibangun seiring waktu.Â
Seperti juga halnya dalam dunia bisnis, brand sebaiknya berpikiran secara jangka panjang dan bukan hanya mencari hasil instan. Untuk bisa menguasai kemahiran tertentu, seorang pebisnis tidak bisa berpuas diri dan tidak mencari cara berkembang agar bernilai lebih. Targetkan agar bisa seperti mama penenun profesional yang seiring waktu, semakin handal dalam berkarya dan profit juga lebih maksimal.Â
- Berani inovasi untuk maju
Identik dengan kain tradisional dari zaman dahulu, kain tenun sesungguhnya sudah berevolusi mengikuti perubahan zaman. Ada beberapa jenis kain tenun yang sudah berangkat ke jenis ‘semi-tradisional’ atau hasil kerja mesin pabrik, dan ada pula yang sudah bisa dimodifikasi dan dipadukan dengan fashion modern.Â
Berbisnis di era teknologi dan pasar global, seorang pebisnis harus tahu kapan melepaskan cara-cara lama dan beralih ke hal baru. Bukan dalam arti meninggalkan ciri khas atau identitas bisnis, tetapi mencari cara yang lebih efisien dan efektif layaknya tenun yang beradaptasi ke dunia modern. Agar tidak tergerus zaman, beranilah terus berinovasi dan ikut trend.Â
- Komunitas sebagai media pengembangan
Dari prosesnya, menenun mungkin terkesan seperti proyek individual semata. Tapi pada praktiknya, menenun melibatkan masyarakat setempat hingga menjadi sumber penghasilan yang stabil bagi komunitas lokal. Di Du Anyam sendiri, komunitas mama penganyam dan penenun bekerja bersama-sama, saling memotivasi dan membantu untuk mencapai hasil kolektif yang bernilai tinggi.
Untuk para pebisnis yang juga ingin maju, kembangkan terus jaringan dan tidak lupa aktif terjun ke komunitas serupa untuk peluang networking. Saling berbagi informasi, tips, support dan berkolaborasi bisa jadi cara jitu agar brand semakin berkembang.Â
Du Anyam sebagai kewirausahaan sosial hadir memberikan dampak positif bagi masyarakat dan terus mengembangkan budaya di Indonesia. Menghadirkan perpaduan variasi budaya,Â
Du Anyam menawarkan kesempatan bekerja sama lewat pilihan produk yang kaya akan budaya tradisional serta berbagai program menarik berdampak sosial.
Salah satunya adalah dengan koleksi Tenun Gift Set yang mengawinkan antara kerajinan tangan anyaman dengan tenun khas Indonesia. Ama Gena hadir sebagai pilihan suvenir kantor atau corporate gifts yang elegan yang unik dan fungsional serta tahan lama. Hubungi Du Anyam dan dukung terus kain tenun lewat koleksi Ama Gena gift set kami!