fbpx Kisah Inspiratif Perempuan di Pelosok Membangun Kesempatan Baru

Kisah Inspiratif Perempuan di Pelosok: Membangun Kesempatan Baru di Luar Peran Tradisional

Posted by Maret 27, 2024
Thumbnail

Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day yang diperingati setiap 8 Maret, menjadi momen penting bagi kami di Du Anyam. Hari bersejarah yang menjadi titik fokus bagi gerakan yang mengusung hak-hak perempuan ini, sejalan dengan napas Du Anyam. Sejak 2014, Du Anyam konsisten mengaktifkan gerakan pemberdayaan perempuan yang berfokus di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Kami mengangkat kerajinan anyam lokal karya para Mama dan berbagi pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas kepada perempuan di sana.

Dengan menjual berbagai kerajinan anyaman yang dilahirkan dari keterampilan jemari para Mama di Flores Timur, mereka jadi berdaya, mandiri, dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dalam suasana peringatan International Women’s Day, kami ingin berbagi kisah inspiratif para perempuan penganyam di Flores Timur. Bagaimana dari sebuah anyaman, mereka dapat menimba ilmu di perguruan tinggi hingga menyekolahkan anak-anak mereka.

Sekilas tentang Kondisi Perempuan di Flores Timur

Flores Timur terkenal akan keindahan alamnya, dengan Gunung Kelimutu dan Pantai Maumere sebagai lokasi wisata populer di sana. Para wisatawan yang bertandang ke Flores Timur pun selalu mencari pengalaman budaya dan kuliner lokal yang autentik di sana. Mulai dari jagung titi, ubi kayu, tengkleng, wajewa, hingga kopi Flores. Tak heran jika para perempuan di Flores Timur mayoritas memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Misalnya, usaha kuliner dan kerajinan tangan.

Meski sudah mulai berdaya dan memiliki usaha, sayangnya penghasilan para perempuan pelaku UMKM di Flores timur ini tidak lebih dari Rp 5 juta per bulan. Hal ini pun memunculkan tantangan bagi usaha mereka. Tantangan utamanya, yaitu ketersediaan modal. Tidak semua perempuan pelaku UMKM di Flores “bankable” atau masuk standar kualifikasi pinjaman bank. Apalagi lembaga keuangan sering kali memberi syarat rumit ketika mereka mengajukan pinjaman modal. Alhasil, modal yang dipakai adalah modal swadaya yang tidak seberapa.

Tantangan selanjutnya, yakni keterbatasan pemasaran. Populasi di Flores Timur cenderung lebih kecil dibanding kota-kota lain di Indonesia, apalagi jika dibandingkan dengan Pulau Jawa. Selain itu, infrastruktur transportasi di sana belum memadai, sehingga menyulitkan para perempuan pelaku UMKM mengakses tempat penjualan. Belum lagi masih minimnya keterampilan digital yang membuat mereka ragu memanfaatkan platform penjualan online. Padahal, penjualan secara online mampu mengamplifikasi visibilitas dan pendapatan usaha mereka.

Jika berbicara mengenai perempuan dan anak di Flores Timur secara keseluruhan, di beberapa daerah yang masih mengandalkan hasil panen untuk memenuhi kebutuhan hidup, terpaksa hidup tak menentu ketika musim panen belum kunjung tiba. Hal ini membuat ibu dan anak mengalami malnutrisi karena tidak memiliki penghasilan tetap. Belum lagi persoalan perempuan di Nusa Tenggara Timur yang rentan menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) melalui modus pemberangkatan tenaga kerja secara ilegal.

Untuk menjawab semua persoalan ini, diperlukan adanya pemberdayaan perempuan di Flores Timur. Jika para perempuan berdaya dan memiliki penghasilan tetap yang mencukupi, mereka tidak perlu mengalami malnutrisi atau mengambil risiko menjadi pekerja migran. Du Anyam merupakan satu di antara banyak pihak yang ingin menghadirkan solusi bagi perempuan, terutama di Flores Timur. Dengan mengangkat keterampilan membuat anyaman, dan menciptakan permintaan anyaman yang rutin, para penganyam perempuan bisa jadi lebih berdaya untuk membangun kualitas hidup yang lebih baik.

Kisah Inspiratif Mama Surya: Menganyam Bisa Mengirim Anaknya Sekolah

“Apakah Mama bahagia? Mama sangat bahagia, sebab kami para Mama bisa menyekolahkan anak-anak dan menjadi penganyam penggerak ekonomi desa.” 

Itulah pengakuan Surya Ahmad Niron, yang biasa dipanggil Mama Surya ketika mengungkapkan perasaannya menjadi seorang perempuan penganyam. Lahir di Kupang, Mama Surya tumbuh besar di Desa Lamawai, Solor Timur, Kabupaten Flores Timur. Sedari muda, Mama Surya memiliki cita-cita mulia, yaitu menjadi guru. Sayangnya, kondisi dan situasi sulit yang dihadapi , tidak memungkinkannya untuk menjalankan profesi tersebut.Sempat mengajar di sebuah MTs Tarbiyah Lamawai selama empat tahun, namun Maya Surya tak bisa melanjutkan kegiatan mengajarnya karena dirinya hanya lulusan SMA. 

Perempuan memang harus punya cita-cita. Namun bagi Mama Surya, cita-cita tidak selalu menjadi segala-galanya dalam hidup. Ia harus melanjutkan hidup demi anak-anaknya. Berkat Du Anyam, Mama Surya punya jalan keluar untuk melanjutkan hidup. Semenjak belajar menganyam, ia jadi punya mata pencaharian baru. Kini, ia bekerja sebagai penganyam sekaligus pedagang jajanan.

Meski tak bisa mengajar, Mama Surya bisa mengirim anak-anaknya ke sekolah karena memiliki penghasilan tetap. Terlebih lagi, berkat kegiatannya bersama para perempuan penganyam lainnya di Desa Lamawai, mereka bisa menjadi penggerak ekonomi desa. Kini, ia punya cita-cita baru, yakni membangun masa depan yang lebih cerah di kampung halaman tercinta. Ketiga motif batik pilihan ini terkenal populer, penuh makna dan cocok dileburkan dalam satu sajian suvenir eksklusif perusahaan yang memukau.

Kisah Inspiratif Ibu Hajar: Lulus Kuliah dengan Predikat Cum Laude

“Saya tidak mau perempuan hanya dianggap petugas di dapur saja. Perempuan itu bisa maju, bisa berkembang, bisa mencari pengetahuan untuk meningkatkan potensi dirinya.”

Semangat Ibu Hajar untuk jadi perempuan yang berdaya tidak main-main. Ia berjuang keras untuk kuliah dan menamatkan strata 1-nya. Tak sekadar lulus, ia pun mendapat gelar S1 dengan predikat Cum Laude. Prinsip perempuan bernama lengkap Hajar Dahlan ini, untuk menjadi perempuan yang berdaya, pendidikan merupakan jalan terbaik. Prinsip ini pula yang membuatnya mengenyam pendidikan di Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini.

Ia ingin membagikan ilmunya kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak sejak usia dini, dengan menjadi seorang guru. Semangat untuk menjadi guru tidak muncul tiba-tiba. Ibu Hajar prihatin dengan kondisi di tempat tinggalnya, Desa Tanah Werang, Flores Timur, di mana pendidikan sangatlah terbatas. Dengan menjadi seorang guru, ia bisa menyebarkan pengetahuan, agar lebih banyak lagi yang bisa berdaya.

Di sisi lain, ia pun ingin memantau perkembangan anak sedari usia dini agar mereka tumbuh menjadi manusia berkualitas. Sejak mengenal Du Anyam, mimpi Ibu Hajar tidak sekadar berbagi ilmu saja, tetapi juga memimpin para perempuan penganyam di Desa Tanah Werang agar turut berdaya. Pasalnya, selain berprofesi sebagai Guru Taman Kanak-Kanak, ibu empat anak ini juga menjabat sebagai Koordinator Penganyam di desanya.

Menjadi seorang pemimpin yang juga mampu berbagi ilmu, membuat Ibu Hajar senang dan bangga. Akhirnya, segala pengetahuan yang sudah dihimpunnya semasa menimba ilmu, bisa bermanfaat untuk masyarakat. Ia pun bisa menambah penghasilan untuk keluarganya. Kini, mimpi Ibu Hajar makin tinggi. Ia berharap, perempuan Flores bisa maju, berkembang, dan menimba ilmu agar bisa meningkatkan potensi diri. Ia pun ingin mengubah persepsi bahwa tempat yang layak bagi perempuan hanyalah dapur. Ibu Hajar sendiri menjadi bukti nyata bahwa perempuan di pelosok pun bisa berdaya, berkembang, dan menjadi pemimpin.

Itulah kisah inspiratif para perempuan yang berdaya, mampu untuk mandiri, hingga akhirnya bisa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Semua dimulai dari sebuah cita-cita kecil yang dipupuk terus dengan asa dan semangat untuk berbuat baik kepada sesama.

Kita juga bisa memulai dari hal kecil dalam berbuat kebaikan, salah satunya dengan membeli produk Du Anyam untuk mendukung para perempuan penganyam menggapai cita-cita. Anda bisa cek katalog Du Anyam untuk melihat koleksi karya para penganyam perempuan berdaya di sini.