fbpx Ekonomi Lontar: Peta Jalan untuk Jaga Bahan Baku Pohon Lontar

Jaga Bahan Baku Pohon Lontar, Du Anyam dan SMESCO Buat Peta Jalan Ekonomi Lontar Berkelanjutan

Posted by Agustus 19, 2024
Thumbnail

Keberlanjutan menjadi salah satu isu yang diperhatikan Du Anyam. Pada proses produksi, kami sangat memperhatikan keberlanjutan bahan baku yang dipakai, dalam hal ini pohon lontar. Produk Du Anyam menggunakan bahan baku utama lontar yang sangat versatile alias serbaguna. Pohon lontar memiliki beragam fungsi yang bisa menghasilkan nilai ekonomi, selain sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Ada lebih dari 15 produk turunan yang bisa dihasilkan dari pohon ini.

Namun salah satu kendala pelik, terkhusus di Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni akses terhadap bahan baku tersebut belum dikelola dengan optimal. Jika kendala ini tidak diatasi, potensi lontar untuk jadi sumber perekonomian, bahkan komoditas ekspor bisa tidak terwujud. Padahal, permintaan pasar di tingkat nasional maupun global terhadap produk turunan lontar sebenarnya tinggi.

Sebagai langkah mitigasi persoalan bahan baku, Du Anyam menggandeng SMESCO untuk bersama-sama menyusun peta jalan ekonomi lontar berkelanjutan bagi pelaku UMKM, khususnya di Nusa Tenggara Timur. SMESCO, singkatan dari Small and Medium Enterprises and Cooperatives, merupakan sebuah lembaga yang didirikan untuk mendukung dan mempromosikan usaha kecil dan menengah (UKM) serta koperasi di Indonesia. 

Peta jalan ekonomi lontar tersebut disusun melalui Forum Group Discussion (FGD) Outlook Lontar NTT 2024 pada 27 Juni 2024. Forum ini mempertemukan berbagai stakeholder dari berbagai bidang terkait, seperti institusi keuangan (Bank Indonesia NTT dan BNI NTT), Pemerintah Provinsi, Bupati, Dinas Koperasi & UMKM, Dinas Lingkungan Hidup & Kehutanan, Dinas Perindustrian, Dekranasda, hingga perguruan tinggi dari berbagai daerah di NTT.

Dari FGD tersebut menghasilkan sejumlah penemuan tentang peluang potensi lontar, mulai dari cara memanfaatkannya hingga pendampingan yang efektif. Sejumlah penemuan ini yang kemudian menjadi dasar dibentuknya peta jalan. Upaya ini dilakukan agar rantai pasok lontar tetap terjaga, sehingga bisa menjaga pula keberlangsungan UMKM yang menggunakan bahan baku tersebut. Du Anyam merupakan satu di antaranya yang dapat terus maju berkat kombinasi pengolahan sumber daya alam yang tepat dan pemberdayaan perempuan.

Fakta-Fakta Pohon Lontar: Potensi Ekonomi Tinggi

Apa urgensi Du Anyam dan SMESCO dalam menciptakan peta jalan ekonomi lontar?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, setiap bagian pohon lontar bisa dijadikan produk turunan yang punya potensi ekonomi tinggi. Lontar menjadi simbol kekuatan ekonomi terbarukan yang berkelanjutan. Hal ini karena penggunaan bahan baku lontar bisa meminimalisasi limbah. Berikut ini sejumlah fakta seputar pohon lontar yang menjadi dasar pentingnya kita memiliki peta jalan ekonomi lontar yang berkelanjutan.

1. Potensi Besar di Nusa Tenggara Timur

Pohon lontar tumbuh alami di 22 kabupaten yang ada di NTT. Berdasarkan penelitian terakhir, data persebaran pohon lontar di NTT berkisar di angka 5.000.000 pohon. Menariknya, 80% dari jumlah tersebut, merupakan pohon yang berusia lebih dari 10 tahun. Pohon-pohon yang sudah “matang” inilah yang memiliki nilai tambah ekonomi.

2. Nira Lontar untuk Berbagai Kebutuhan

Nira yang didapat dari sadapan bunga merupakan bagian dari pohon lontar yang selalu dijadikan produk utama. Nira bisa diminum langsung atau diolah menjadi gula. Selain untuk konsumsi, ia juga bisa jadi bahan baku industri bioetanol. Terkait produksinya, setiap petani keluarga rata-rata bisa menyadap 25 pohon per hari. Dari setiap pohon, rata-rata bisa memproduksi 3,5 liter per hari. Artinya, setiap keluarga petani bisa menghasilkan 87,5 liter nira per hari.

3. Daun Lontar dan Bagian Lainnya yang Serbaguna

Selain nira, daun dari pohon lontar bisa dijadikan bahan baku untuk produk turunan yang tak terhingga. Sebagian besar digunakan sebagai bahan kerajinan, seperti keranjang, sikat, ember, topi, dan sebagainya.Adapun batang pohon lontar merupakan kayu yang keras dan kokoh. Bagian ini cocok digunakan sebagai konstruksi bangunan dan jembatan.

Ekonomi Lontar sebagai Bagian dari Ekonomi Sirkular

Melihat keserbagunaan pohon lontar sebagai bahan baku untuk beragam produk turunan sekaligus sumbernya yang melimpah di Timur Indonesia, penting untuk menjaga ketersediaannya. Jika tidak dikelola dengan baik oleh setiap pihak yang terlibat, bukan tidak mungkin suatu hari lontar menjadi bahan baku yang langka. Di sinilah pentingnya melakukan program lontar berkelanjutan untuk mengelola sumber daya alam ini melalui ekonomi lontar. Ekonomi lontar itu sendiri adalah nilai potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dari produksi dan distribusi produk turunan pohon lontar. 

Perlu dilakukan pengembangan rantai pasok lontar untuk mengoptimalkan potensi ekonomi dan sosial tanaman ini bagi masyarakat. Caranya, yakni dengan mengoptimalkan ketersediaan data dan riset, hingga mendorong dikeluarkannya kebijakan yang mendukung. Jika bahan baku lontar dikelola dengan baik, setidaknya bisa memberikan tiga dampak positif bagi masyarakat di Timur Indonesia.

Pertama, peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Kedua, peningkatan penghidupan perempuan, serta pelestarian tradisi dan budaya. Ketiga, dampaknya terhadap lingkungan hidup, yakni ekosistem lokal menjadi terbantu melalui pelestarian dan budi daya lontar. Selain itu, ada nilai karbon yang diserap pohon lontar. Bisnis Du Anyam yang beroperasi sejak 2014, secara perlahan menciptakan ekosistem ekonomi lontar. Selain Du Anyam yang berperan sebagai offtaker, ada banyak stakeholder yang terlibat di sini. Mulai dari pemerintah, institusi pendidikan, komunitas lokal, vendor penyedia transportasi dan logistik, penyedia bahan baku, hingga perempuan penganyam.

Pada praktik operasionalnya, para stakeholder ini bergotong royong dalam setiap tahap produksi, berkontribusi memenuhi target pasar produksi anyaman. Semua ini dilakukan demi pemberdayaan masyarakat NTT. Ini perincian peran masing-masing stakeholder di hulu, tengah, hingga hilir:

●  Hulu: Para penyedia bahan baku pucuk lontar merupakan stakeholder atau pelaku produksi di hulu. Mereka menyerahkan bahan baku kepada pelaku produksi di tengah, tentunya melalui skema kerja sama pengadaan yang jelas.

●  Tengah: BUMDes atau kelompok pengrajin anyaman menjadi pelaku produksi di tengah, mereka mengolah bahan baku menjadi anyaman. Secara paralel, terdapat pelaku produksi lainnya, seperti offtaker dan institusi pendidikan. Mereka berperan dalam riset pengembangan produk, peningkatan kapasitas teknik anyam, hingga peningkatan soft skills BUMDes dan kelompok pengrajin.

●  Hilir: Pelaku produksi di hilir, terdapat vendor transportasi. Mereka berperan mendistribusikan produk anyaman kepada konsumen secara efisien, tetapi tetap terjaga kualitasnya.

Dalam pemanfaatan lontar, Du Anyam juga mengarah pada upaya ekonomi sirkular. Mengutip dari Parlemen Eropa, ekonomi sirkular adalah model produksi dan konsumsi yang melibatkan pembagian, penyewaan, penggunaan kembali, perbaikan, pembaruan, dan daur ulang bahan dan produk yang ada selama mungkin. Model produksi ini dapat memperpanjang siklus hidup produk dan mengurangi limbah hingga jumlahnya seminimal mungkin. Jika sebuah produk mencapai tahap akhir siklusnya, ia dapat diolah kembali melalui proses daur ulang. Inilah yang menciptakan nilai lebih produk tersebut.

Selain mengarah pada ekonomi sirkular, Du Anyam juga menerapkan ekonomi gotong royong dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat di dalam rantai produksi produk turunan lontar. Tujuannya, supaya bisa memberikan dampak positif lebih luas, salah satunya potensi pendapatan ekonomi atau lapangan pekerjaan. Rantai produksi yang dimaksud, melibatkan petani pemanjat pohon lontar, vendor logistik skala desa dan kabupaten, pengrajin perempuan, hingga anak-anak muda.

Tantangan Ekonomi Lontar dan Upaya Mitigasi

Dari uraian di atas, menjadi jelas bahwa lontar merupakan salah satu bahan baku kunci dalam mewujudkan ekonomi yang berkelanjutan. Apalagi permintaan pasar ekspor terhadap produk-produk turunannya meningkat. Melihat hal ini, Du Anyam menyadari keterlibatan semua stakeholder dalam ekonomi lontar sangat penting dan harus maksimal. Hal ini karena masing-masing pihak memegang kunci krusial dalam pelaksanaan kerja sama pengadaan bahan baku daun lontar. Namun untuk menjaga pasokan bahan baku lontar tetap terjaga, Du Anyam masih menemukan sejumlah tantangan dan kendala di lapangan:

●  Data persebaran potensi pohon lontar dan data UMKM atau local champion penyedia bahan baku masih minim.

●  Pemenuhan kuantitas bahan baku daun lontar berkualitas tinggi yang sesuai dengan tenggat waktu, masih terkendala.

●  Sumber daya manusia local champion perlu ditingkatkan kemampuan manajerialnya, salah satunya dalam mengelola pesanan yang masuk.

●  Jenis, biaya, waktu pendistribusian bahan baku belum optimal.

Untuk menjawab berbagai tantangan yang kerap muncul ini, para stakeholder terkait perlu duduk bersama, membahas solusi dan jalan keluar. Hal inilah yang dilakukan Du Anyam bersama Kementerian Koperasi dan UKM melalui SMESCO. Melalui FGD Outlook Ekonomi Lontar NTT 2024, disusunlah peta jalan ekonomi lontar berkelanjutan bagi pelaku UMKM di NTT. Kolaborasi strategis ini melibatkan banyak pihak. Selain Du Anyam dan SMESCO, terlibat pula Pemerintah Provinsi NTT, Dekranasda, institusi keuangan BUMN dan swasta, akademisi, pelaku sektor industri, hingga mitra logistik.

FGD yang dilaksanakan pada 27 Juni 2024 di Kupang ini, merumuskan berbagai hal. Beberapa di antaranya, terkait realisasi skema kemitraan pengadaan bahan baku lontar, program inkubasi UMKM, riset, kemitraan pembiayaan dan logistik, serta pemutakhiran database kegiatan ekonomi produk UMKM yang menggunakan bahan baku lontar. Dalam FGD tersebut, hadir perwakilan dari Bank Indonesia NTT yang mengutarakan komitmennya mendukung potensi pasar ekspor ekonomi kreatif NTT. Kemudian ada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT yang mendukung ekosistem ekonomi lontar dengan jaringannya yang luas, serta akses terhadap kebijakan di level provinsi maupun nasional.

Adapun Koalisi Ekonomi Membumi memberikan dukungan dengan pembuatan refleksi dan visioning untuk canvassing lontar sebagai salah satu sektor ekonomi masyarakat di sejumlah kabupaten terpilih. Lalu ada Krealogi, penggerak ekosistem wirausaha, dan SMESCO yang bersama-sama menginkubasi lebih banyak lagi UMKM lontar di NTT.  Penyusunan peta jalan ekonomi lontar menjadi krusial sebagai bagian dari upaya menyelamatkan sumber daya alam pohon lontar agar berkelanjutan. Mulai dari proses produksi yang ramah lingkungan dan memberdayakan para pelakunya, menghasilkan produk berkualitas. Dan tentunya untuk menjaga rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan pasar yang menjanjikan dari kerajinan lontar.

Penggunaan produk tersebut juga dapat meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli dengan masa depan lingkungan. Hal ini bisa terwujud dengan menggunakan produk dari Du Anyam, seperti suvenir kantor atau amenities hotel. Lebih dari itu, lontar juga bisa menjadi kriya bernilai untuk pasar dalam negeri dan luar negeri melalui ekspor. Menginjak usianya yang ke-10 tahun, Du Anyam memiliki harapan bisnis kewirausahaan yang memajukan perekonomian masyarakat lokal dan memantik pemerataan kesejahteraan, dapat terus berlanjut dan mendapat dukungan. Ini pula yang menjadi misi besar Du Anyam agar bisa sustainable.