fbpx 10 Tahun Du Anyam: Menginisiasi Pemberdayaan Perempuan

10 Tahun Perjalanan Du Anyam: Pemberdayaan Perempuan Melalui Kerajinan Anyaman Indonesia

Posted by September 18, 2024
Thumbnail

Du Anyam, sebuah kewirausahaan sosial yang bergerak di bidang penyedia suvenir kantor dan juga dekorasi rumah khas Indonesia, tahun ini sedang merayakan satu dekade perjalanannya. Dengan fokus pada pemberdayaan perempuan dan menciptakan ekonomi hijau yang inklusif, Du Anyam memanfaatkan kekayaan bahan baku lontar yang melimpah di Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Kehadiran Du Anyam berawal dari misi mendukung upaya para perempuan untuk memperoleh pendapatan tambahan bagi kebutuhan keluarga. Selama ini, pendapatan utama para perempuan, terutama di pelosok Nusa Tenggara Timur (NTT) hanya dari berladang yang sifatnya musiman dan jarang menghasilkan uang tunai. Meski memiliki keterampilan menganyam, para perempuan di NTT ini sulit mengakses pasar untuk memasarkan produk kerajinan tangan anyaman lontar yang mereka hasilkan. 

Selama 10 tahun berkiprah, Du Anyam terus berkomitmen untuk memberikan pendampingan bagi para perempuan di pelosok daerah dan memperkenalkan produk kerajinan tangan mereka ke pasar yang lebih luas, dengan mengoptimalkan sumber daya alam lokal lontar yang melimpah di NTT dan meningkatkan keterampilan menganyam melalui berbagai pelatihan menganyam dan standarisasi produk.

10 Tahun Kiprah Du Anyam dalam Melakukan Pemberdayaan Perempuan

Sejak didirikan tahun 2014, Du Anyam telah membawa visi kuat untuk pemberdayaan perempuan melalui kerajinan anyaman lontar di NTT. Sepanjang perjalanannya, Du Anyam berhasil mengubah kerajinan tradisional ini menjadi produk yang memiliki daya jual tinggi. Du Anyam terus melangkah maju, hingga kini akhirnya produk kerajinan tangan anyaman lontar khas NTT berhasil memasuki pasar global. 

Semua capaian ini bermula dari inisiatif sederhana dari tiga orang perempuan, yakni Hanna Keraf, Azalea Ayuningtyas, dan Melia Winata. Berangkat dari keinginan untuk mengatasi masalah sosial ekonomi di balik angka malnutrisi pada ibu dan anak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, lahirlah inisiatif untuk melakukan pemberdayaan perempuan di sana. 

Saat itu, biaya kebutuhan sehari-hari masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat desa. Mereka seringkali harus menunggu musim panen tiba untuk memperoleh pendapatan, sehingga tidak memiliki tabungan yang cukup dan merasakan kesulitan dalam melakukan perencanaan keuangan. Hal ini menyebabkan tingginya angka malnutrisi pada anak serta ketidakmampuan masyarakat untuk membuat keputusan pembelian kebutuhan pokok yang mempertimbangkan gizi.

Melihat kondisi demikian, Du Anyam ingin memberikan peluang ekonomi kepada perempuan di desa-desa terpencil melalui keterampilan yang sudah dimiliki oleh perempuan di sana, yakni menganyam. Kini, Du Anyam berkembang menjadi sebuah simbol harapan, pemberdayaan perempuan, melestarikan tradisi, dan berkontribusi pada masa depan yang berkelanjutan.

Saat ini, Du Anyam telah berhasil menembus pasar global di 52 negara. Produk anyaman lontar yang dahulu hanya terbatas pada pasar lokal, kini telah mencapai berbagai belahan dunia, menghiasi rumah dan kantor. Pencapaian ini adalah bukti nyata dari keterampilan luar biasa dan dedikasi lebih dari 1.600 perempuan penganyam, serta dukungan kuat dari mitra-mitra kerja.

Tantangan yang Dihadapi dalam Menjalani Kewirausahaan Sosial

Pemberdayaan perempuan melalui memberdayakan komunitas dengan keterampilan yang tepat membutuhkan waktu yang tak singkat dan juga konsistensi. Terus melakukan pendampingan, kegiatan pelatihan serta menjaga motivasi komunitas untuk terus berkembang adalah tantangan tersendiri yang harus dihadapi dengan komitmen jangka panjang.Tantangan hidup para perempuan yang berada di pelosok Indonesia ini tidaklah mudah. Selama perjalanan 10 tahun ini, Du Anyam banyak menghadapi tantangan-tantangan dalam menjalankan kewirausahaan sosial, diantaranya:

1. Membangun Kepercayaan Komunitas Lokal

Salah satu tantangan terbesar adalah mendapatkan kepercayaan dari komunitas lokal. Pada awal berdirinya Du Anyam, membangun kepercayaan dengan komunitas merupakan hal krusial untuk dilakukan. Dengan melakukan pendekatan inklusif yang menghargai budaya dan nilai setempat, melibatkan komunitas dalam pengambilan keputusan, serta menjaga transparansi dalam setiap langkah yang diambil. 

Komitmen jangka panjang, komunikasi terbuka dan selalu mendengarkan apa yang komunitas sampaikan juga menjadi kunci dalam memperkuat hubungan. Selain itu, menunjukkan hasil nyata yang meningkatkan kesejahteraan komunitas dapat membantu membangun rasa percaya dan menciptakan kemitraan yang solid untuk mencapai tujuan sosial bersama.

2. Konsistensi Kualitas Produk

Tantangan lain yang dihadapi Du Anyam, yaitu mempertahankan konsistensi kualitas produk kerajinan tangan anyaman lontar. Ini menjadi tantangan yang tidak bisa diremehkan, karena hasil kerajinan tangan tidak selalu sama satu sama lain. Selain itu, agar bisa bersaing di pasar global, Du Anyam harus membuat produk anyaman yang berstandar tinggi. Ketepatan penggunaan bahan baku, standarisasi produk, hingga kontrol kualitas harus sangat diperhatikan.

Oleh karena itu, Du Anyam melakukan sejumlah upaya untuk menjaga konsistensi kualitas produk anyaman lontar. Dengan melakukan pelatihan dan pendampingan rutin melalui program capacity building yang dilakukan secara berkala untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar ekspor.

3. Mengatasi Biaya Logistik dengan Inovasi Desain Produk

Rendahnya sarana infrastruktur dan logistik di wilayah pelosok juga menjadi hambatan tersendiri. Biaya logistik menjadi tinggi, terutama dalam pengiriman produk dari daerah terpencil yang tentunya menjadi penambahan beban operasional. Untuk mengatasi biaya logistik yang tinggi ini, Du Anyam menerapkan prinsip ekonomi skala. Caranya, dengan memberdayakan ribuan perempuan di pelosok Indonesia untuk meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan.

Selain itu, Du Anyam memberikan sentuhan desain modern kontemporer dengan tetap mengangkat kearifan lokal anyaman setempat. Sehingga produk-produk yang dihasilkan merupakan karya kerajinan tangan berkualitas tinggi dan kompetitif di pasar global.

4. Melakukan Pendekatan Community Development 

Upaya pemberdayaan perempuan di NTT membutuhkan proses yang panjang. Seperti yang disebutkan sebelumnya, salah satu tantangan Du Anyam adalah mendapatkan kepercayaan dari komunitas lokal. Untuk membangun kepercayaan tersebut, Du Anyam beroperasi melalui pendekatan community development. Pendekatan ini mengutamakan partisipasi aktif dari komunitas dalam proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan potensi lokal serta melibatkan pemimpin komunitas. Proses ini melibatkan kolaborasi yang berkelanjutan antara masyarakat, pemerintah daerah setempat hingga pemerintah pusat dan juga serta organisasi swasta dan non-pemerintah untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat.

Bersama dukungan berbagai pihak tersebut, Du Anyam memberikan pelatihan dan pendampingan yang intensif. Selain meningkatkan keterampilan menganyam yang berkorelasi erat dengan proses produksi, ada tim yang turun dan berdampingan langsung bersama para perempuan penganyam. Melalui pendampingan yang intensif dan terus menghadirkan program pelatihan keterampilan anyaman serta pengembangan pasar, Du Anyam membuka peluang bagi perempuan untuk menghasilkan pendapatan lebih stabil. 

Kisah Para Perempuan Penganyam di NTT Kini

Pemberdayaan perempuan yang dilakukan Du Anyam tidak lepas dari kisah para perempuan penganyam di NTT. Dengan berkolaborasi bersama Du Anyam, kini sejumlah perempuan di NTT tidak hanya menjadi penganyam, tetapi juga pelaku ekonomi yang berkontribusi besar bagi keluarga dan komunitas mereka. Sebelum bergabung dengan Du Anyam, mereka hanya mengandalkan hasil tani. Sekarang, dengan kerajinan anyaman lontar, mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Ada banyak kisah sukses perempuan penganyam di NTT. Namun salah satunya yang menarik, yakni kisah Surya Ahmad Niron, atau yang akrab disapa Mama Surya. Ia adalah sosok perempuan tangguh yang lahir di Kupang dan besar di Desa Lamawai, Solor Timur, Kabupaten Flores Timur. 

Kehidupan yang sulit tak membuat Mama Surya menyerah. Ia bercita-cita menjadi seorang guru. Namun keterbatasan ekonomi membuatnya hanya bisa menamatkan pendidikan hingga tingkat SMA. Ia sempat mengajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Tarbiyah Lamawai selama empat tahun, tetapi harus berhenti karena terkendala tingkat pendidikannya tersebut. Berkat Du Anyam, ia menemukan jalan baru untuk melanjutkan hidupnya. Dengan belajar menganyam, Mama Surya kini memiliki sumber penghasilan tetap yang membantunya mengirim anak-anaknya ke sekolah. 

“Meski saya tak bisa lagi mengajar, saya bangga karena sekarang saya bisa berkontribusi untuk keluarga dan komunitas. Bersama para perempuan penganyam lainnya, kami bisa menggerakkan ekonomi desa,” tutur Mama Surya.

Kerajinan anyaman lontar yang diproduksi oleh Du Anyam tidak hanya membawa nilai ekonomi, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai budaya dan identitas lokal NTT. Produk-produk ini mengusung warisan budaya yang terus dijaga oleh komunitas penganyam. 

Dukungan dari Berbagai Stakeholder Lain

Dalam perjalanan Du Anyam melakukan pemberdayaan perempuan sambil memperkenalkan produk anyaman lontar ke publik melalui berbagai produk suvenir, tentunya Du Anyam tidak bisa berjalan sendirian. Ada banyak stakeholders terkait lainnya yang saling bahu-membahu mewujudkan pemberdayaan perempuan di NTT.
Du Anyam selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari tokoh masyarakat, pemerintah setempat, hingga institusi-institusi lainnya. Berikut ini beberapa stakeholders yang mendukung Du Anyam mewujudkan perluasan pasar hingga ke tingkat global.

1. DBS Foundation

Bank DBS Indonesia, terutama melalui DBS Foundation, telah menjadi mitra strategis dalam perjalanan Du Anyam menembus pasar global. Sejak menerima dukungan hibah dari DBS Foundation pada 2017, Du Anyam mampu memberikan dampak sosial yang positif melalui pemberdayaan perempuan, khususnya di NTT. 

“Dengan dukungan DBS Foundation, Du Anyam mampu mewujudkan ‘spark’-nya memberikan dampak sosial secara positif, memberdayakan perempuan, meningkatkan taraf hidup perekonomian, dan mendorong keberlanjutan melalui praktik usaha yang bertanggung jawab,” kata Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia.

Dukungan ini sangat selaras dengan misi DBS Foundation dalam membantu kewirausahaan sosial menciptakan solusi berkelanjutan atas tantangan sosial dan lingkungan. Melalui program DBS Foundation Business for Impact Grant Award, Bank DBS Indonesia memberikan dana hibah kepada perusahaan sosial terpilih, untuk memperluas jangkauan dan dampak berkelanjutan mereka dalam aspek ESG (Environmental, Social, and Governance). Dengan bantuan ini, Du Anyam mampu meningkatkan kualitas hidup para penganyam di pelosok desa sekaligus membuka akses ke pasar internasional, dari hanya beberapa desa di Flores Timur, NTT ke Kalimantan Selatan dan berbagai wilayah lain di Indonesia 

Berkat dukungan yang meliputi program pelatihan, pendanaan, serta pendampingan kewirausahaan, Du Anyam mampu mengembangkan rantai pasok yang lebih kuat, termasuk mendirikan rumah produksi sendiri. Di tingkat global, Du Anyam telah membuktikan kemampuannya untuk menembus pasar internasional. Ini menjadi contoh konkret dari bagaimana wirausaha sosial dapat memberdayakan masyarakat dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Dengan dukungan DBS Foundation, Du Anyam berhasil memperluas dampaknya, baik secara geografis maupun ekonomi. 

2. Kementerian Koperasi dan UKM

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) turut mendukung Du Anyam yang sedang meniti langkah ke pasar global. Secara khusus, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, Du Anyam telah mampu melakukan pemberdayaan perempuan di daerah pelosok di Timur Indonesia melalui produk lokal yang memiliki nilai budaya tinggi. Ia juga menyoroti keberhasilan Du Anyam dalam menembus pasar global dengan produk-produk anyaman lontar yang kini diekspor ke 52 negara. 

“Dengan dedikasi lebih dari 1.600 penganyam, dukungan mitra, dan kualitas kerajinan yang luar biasa, Du Anyam telah menunjukkan bahwa perempuan di NTT memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global. Ini adalah bukti nyata bahwa kewirausahaan sosial dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas,” ujarnya.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki juga menyoroti pentingnya peran kewirausahaan sosial seperti Du Anyam dalam mendukung pemberdayaan perempuan di daerah terpencil. “Du Anyam bukan hanya memberikan kesempatan ekonomi bagi perempuan di pelosok desa, tetapi juga melestarikan warisan budaya lokal melalui kerajinan lontar. Ini membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal bisa membawa perubahan yang signifikan,” ia menambahkan.

3. Pemerintah Kabupaten Flores Timur

Dukungan yang sangat besar tak henti juga diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur kepada Du Anyam. Pemerintah Kabupaten Flores Timur memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan Du Anyam. Melalui Dinas Perkebunan, Pemerintah Kabupaten Flores Timur akan membuat kebijakan penanaman kembali pohon lontar agar pohon ini tidak punah serta dapat tumbuh sepanjang masa di daerah Flores Timur.

Hal ini disampaikan oleh Penjabat Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid. Ia juga mengapresiasi Du Anyam yang berperan secara nyata dalam pengembangan wirausaha perempuan di Flores Timur. Ia meyakini, Du Anyam ke depannya akan menjadi wadah yang mampu meningkatkan ekonomi para perempuan di Flores Timur.

“Semoga dengan ulang tahun ke-10 ini membuat Du Anyam dan perempuan di Flores Timur semakin inovatif dan kreatif dalam berkarya yang bisa mengangkat harkat dan martabat perempuan Flores Timur di Indonesia dan dunia,” ujar Sulastri.

Saat merenungi satu dekade perjalanan ini, Du Anyam tetap berkomitmen pada nilai-nilai inti seperti pemberdayaan perempuan, ekonomi berkelanjutan, dan pelestarian budaya. Perjalanan 10 tahun ini juga menjadi bukti nyata Du Anyam sebagai kewirausahaan sosial bisa bertahan sampai sekarang dan teguh pada komitmen awal. Ke depannya, Du Anyam berharap bisa terus memberdayakan lebih banyak perempuan di pelosok Indonesia dan melestarikan sumber daya lokal serta membawa hasil karya tangan perempuan hingga pasar global dengan berkolaborasi multisektor, guna mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Indonesia.

Ajakan untuk mendukung upaya ini terbuka lebar bagi berbagai pihak yang ingin berkontribusi dalam menciptakan dampak yang lebih besar. Cara paling sederhana, yakni dengan menggunakan produk suvenir kantor dan dekorasi rumah dari Du Anyam.