Budaya Flores yang kaya tak pernah berhenti membuat kami terkagum-kagum. Mulai dari alamnya, tradisinya, kehidupan masyarakatnya, hingga banyaknya kerajinan yang memiliki nilai kearifannya tersendiri. Bagi masyarakat Flores, kerajinan anyaman lebih dari sekedar barang untuk menghias ruangan, karena tiap anyaman memiliki fungsi dan latar belakangnya masing-masing. Kekayaan budaya ini juga tersimpan dalam keranjang anyaman Sobe.
Adalah keranjang Sobe, keranjang dengan berbagai kegunaan dan memiliki ukiran tiga dimensi yang sangat unik. Keranjang anyaman Sobe telah lama menjadi bagian kehidupan masyarakat Flores. Para nenekmoyang memanfaatkan daun pohon lontar, pohon yang sangat banyak ditemui di tanah Flores, untuk dijadikan keranjang penyimpanan serbaguna.
Hingga kini, masyarakat lokal menggunakan keranjang ini untuk menaruh seserahan acara pernikahan, untuk tempat makanan dalam berbagai upacara adat, hingga untuk kebutuhan rumah tangga seperti tempat bahan makanan dan alat dapur. Bagi para petani atau nelayan, Sobe digunakan untuk menyimpan hasil panen dan hasil ikan dari laut. Berbeda dengan anyaman lain, bentuk Sobe menyerupai tabung. Ukuran dan muatannya juga relatif besar, berbeda dengan Dese yang berukuran kecil dan Keleka yang berbetuk landai. Karena ukuran dan bentuknya tersebut, masyarakat juga biasa menggunakan Sobe sebagai tempat nasi.
Kamu bisa menjumpai 6 ukiran anyaman Sobe di Du Anyam, dan keenamnya memiliki filosofinya masing-masing. Filosofi yang tersirat ini merupakan simbol dari kehidupan sehari-hari, juga melambangkan cara hidup berkelanjutan ala masyarakat Flores.
Ukiran Kemerekrara, terdiri dari kata Kemaren yang artinya ‘semut hitam’, dan Rara yang artinya ‘jalan’. Barisan semut hitam berjalan melambangkan gotong royong.
Ukiran Enake, berasal dari kata Enake yang berarti ‘sisik ikan’. Ukiran ini melambangkan hasil laut yang berlimpah.
Ukiran Ue Meta, ukiran berbentuk segitiga sama kaki yang memenuhi seluruh badan Sobe. Ue artinya ‘ubi’ dan Meta artinya kumpulan. Rangkaian segitiga sama kaki diumpamakan kumpulan ubi-ubi yang dikukus dengan kelapa.
Ukiran Ue Malar juga menggambarkan ubi, seperti Ue Meta, namun pola ukiran ini lebih seperti belah ketupat yang menyerupai potongan-potongan ubi yang dijemur kering. Ue artinya ‘ubi’, dan Malar artinya ‘belahan’.
Ukiran Blego merupakan simbol dari topografi perbukitan, yang diadaptasi dari motif tenun Kecamatan Titehena.
Yang terakhir, ada ukiran Eco Henge yang melambangkan bentuk dari batu karang. Eco Henge dibentuk dari perpaduan ukiran Ue Malar dan Blego. Kekayaan nilai budaya dalam keranjang Sobe bisa senantiasa lestari dengan bantuan kita. Saatnya kita beralih pada barang-barang yang tak hanya serbaguna, namun juga mengandung kearifan lokal yang tak ternilai harganya.
Gunakan keranjang anyaman Sobe sebagai wadah hampers eksklusif untuk client-client VIP-mu! Beragam cerita pada keranjang ini semakin menambah autentisitas dan kesan elegan yang bisa merepresentasikan perusahaanmu dengan sempurna.
Baca juga: Alasan dibalik semakin berkembangnya Social Enterprise