Informasi Tambahan
Berat | 1 kg |
---|---|
Dimensi | N/A |
Size |
Rp1.540.000 – Rp2.145.000
Rp1.540.000 – Rp2.145.000
Noken Handle merupakan keranjang tradisional dari Papua, dibuat dari kulit pohon Waru, tetapi dengan sentuhan kita sendiri. Kami menambahkan pegangan yang terbuat dari bambu dan bentuk setiap pegangan juga berbeda di setiap variasi keranjang. Secara tradisional, keranjang ini digunakan untuk membawa berbagai barang, mulai dari sayuran, tanaman, hingga kayu bakar. Saat ini Noken dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang penting Anda serta menjadi hiasan seni untuk interior rumah Anda.
M = P 25 cm x L 25 cm x T 25 cm
L = P 28 cm x L 28 cm x T 30 cm
Noken Handle merupakan keranjang tradisional dari Papua, dibuat dari kulit pohon Waru, tetapi dengan sentuhan kita sendiri. Kami menambahkan pegangan yang terbuat dari bambu dan bentuk setiap pegangan juga berbeda di setiap variasi keranjang. Secara tradisional, keranjang ini digunakan untuk membawa berbagai barang, mulai dari sayuran, tanaman, hingga kayu bakar. Saat ini Noken dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang penting Anda serta menjadi hiasan seni untuk interior rumah Anda.
Jaga anyaman agar tetap kering. Jangan simpan dalam kondisi lembab untuk mencegah produk berubah warna. Jika produk terkena air, bersihkan menggunakan kain yang lembut dan keringkan di bawah sinar matahari, hingga kering. Jangan mengisi dengan barang yang berat atau terlalu penuh yang dapat merubah bentuk anyaman. Jauhkan dari sumber api atau panas untuk jangka waktu yang lama.
Menganyam, meski merupakan warisan budaya dan sudah menjadi kebiasaan lama masyarakat Flores setempat, sebagian besar produknya hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga saja. Demikian pula yang terjadi di Kalimantan, Papua, dan banyak daerah di Indonesia, tradisi menganyam sudah ada sejak puluhan tahun lamanya namun kurang dilestarikan. Seni kerajinan tangan yang sekarat ini telah tergantikan oleh aktivitas-aktivitas lain yang dianggap lebih bernilai dan lebih praktis.
Saat Du Anyam memulai perjalanan untuk mengadvokasi pemberdayaan perempuan, kami telah menemukan dan berhubungan kembali dengan berbagai warisan Nusantara. Melalui beberapa strategi promosi kebudayaan seperti pengadaan kurikulum pelajaran menganyam untuk siswa SMA dan pelatihan menganyam sepanjang tahun, kami berharap untuk tidak hanya melestarikan saja, tapi juga menghidupkan kembali seni Indonesia yang sungguh tak ternilai harganya ini.